01 June 2012

Erik Rahmat Firdaus, Tuna Rungu Juara FLS2N

Ketika Festival Lomba Seni Siswa Nasional 2011 di Surabaya, dia berhasil meraih juara III. Cabang seni yang diikutinya, pantomim. Dengan prestasi nasional itu, makin membuatnya percaya diri dan mendapat penilaian positif dari sekolahnya, Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Padang.
Dengan luwesnya, remaja berseragam SMA itu meliuk-liukan badannya menyampaikan sebua cerita tanpa berbicara. Berjalan di tempat sambil membungkukkan badan, lalu wajahnya diekspresikan sedemikian rupa membuat orang yang melihatnya tertawa. Gerakannya diiringi musik remix. Tanpa sadar, keringat mengucur deras.

Ya, Erik Rahmat Firdaus nama remaja itu, jika dilihat dari penampilannya, gaya rambut dan sejumlah aksesoris di lengannya, tidak beda dengan remaja seusianya, gaul. Keterbatasan fisik tidak lantas membuat pria kelahiran 8 Agustus, 21 tahun lalu itu minder dan rendah diri.
Erik menderita tuna rungu. Anak bungsu dari lima bersaudara ini memiliki bakat seni di bidang pantomim. Tak heran, dia berhasil meraih berbagai prestasi nasional.
Seperti pada tahun 2008 di Jakarta, Erik meraih juara harapan II. Tahun 2009, meriah juara V, dan terakhir tahun 2011, Juara III kategori Pantomim di Surabaya.
Atas prestasi itu, remaja yang telah berkali-kali mewakili Sumatera Barat ke tingkat nasional dalam even FLS2N ini, makin percaya diri. Berbagai even regional Erik selalu diundang untuk memeriahkan acara itu. Dengan uang jerih payahnya ia dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Prestasi itu bukan didapatnya secara mudah. Awal mengenal seni pantomim pada tahun 1996. Erik merasa kesulitan dalam melakukan gerakan baru dikenalnya. Ditambah lagi, ia sulit mendengar dentuman musik yang keras. Tapi, perasaannya dapat merasakan alunan musik sebagai pengiring gerakan pantomimnya. Gerakan tubuhnya seakan menyatu dengan musik.
Dengan bantuan guru pembimbing, Isna Rohanis dan Deniswati, Padang Ekspres dapat memahami perkataan Erik. Awalnya, sekolah mengarahkan Erik mendalami seni lukis, ketika salah seorang guru pembimbing memperkenalkan seni pantomim, Erik mulai tertarik. Pantomim, suatu pertunjukan teater yang menggunakan isyarat dalam bentuk mimik wajah.
Memiliki kekurangan ini, tentu membuat Erik kesulitan dalam memahami cerita akan dimainkan. Tapi, berkat lingkungan yang mendukung, termasuk keluarga membuat erik dapat memahami seni pantomim ini.
Untuk memahami cerita, kata Isna, Erik selalu kesulitan. Tapi, Isna dan guru lainnya terus memberikan semangat. “Awalnya susah dan malu. Tapi setelah terbiasa semakin banyak tertawa atau bertepuk tangan ketika bermain pantomim membuat saya semakin semangat,” ujar Erik diartikan Isna.
Keseriusan Erik ini dibuktikan dengan mengikuti pelatihan dari artis senior, Dedi Petet menyempatkan diri membagi ilmu dengan Erik pada tahun 2010. “Bagi saya ketika memainkan sebuah cerita dalam gerakan tubuh, yang menjadi fokus saya adalah penonton. Dengan melihat wajah penonton yang berseri dan bergembira, semangat saya semakin terpacu,” katanya.
Prestasi Erik diperoleh berkat kegigihan dan latihan. “Pingin bermain lebih hebat lagi,” ujar Erik terbata-bata ketika ditanyakan harapannya ke depan.
Dari cerita guru pembimbing Erik, remaja ini menjadi trendsetter bagi pengemar pantomim. Tak jarang, gaya berpakaian dan cat wajah Erik ditiru pemain pantomim lainnya.

Sumber
Harian Padang Ekspres Edisi 14 Mei 2012

Note:
Tidak ada gambar yang dimuat karena gambar kurang jelas saat scan dari koran.

No comments:

Post a Comment