27 April 2018

200 Penyandang Disabilitas Sudah Terserap di Wilayah Jabodetabek, Bandung & Bali

Angkie Yudistia. Foto : Anggi Mayasari/Wolipop
Perkembangan dalam perusahaan sosial penyandang disabilitas Thisable Enterprise untuk memperdayakan para disabilitas agar bisa diterima bekerja di berbagai instansi, perusahaan dan lembaga telah membuah hasil dalam beberapa tahun ini.
Sebanyak 200 penyandang disabilitas dari data 1500 disabilitas telah terserap di berbagai perusahaan yang tersebar dalam wilayah Jabodetabek, Bandung dan Bali. Penyandang disabilitas ini terdiri dari tunadaksa, tunarungu, tunanetra yang dikelompokkan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
"Perusahaan- perusahaan yang menerima difabel belum banyak, saat ini ada kurang dari sepuluh perushaan seperti Gojek yang GoLIfe, perbankan, dan perusahaan outsourcing lainnya. Banyak perusahaan yang belum melek untuk menerima disabilitas, nah kita ini koar-koar menciptakan awareness supaya mereka sadar," seperti yang dikutip dari Wolipop.
Perjuangan ini tidak terlepas dari pengalaman masa lalu dengan membangun Thisable Enterprise karena sulitnya mendapatkan pekerjaan agar mandiri secara ekonomi, dan banyak beberapa perusahaan yang masih belum percaya dengan kemampuan disabilitas dalam bekerja. Sebuah lembaga ini sebagai wadah kemandirian sumber daya manusia disabilitas dalam bekerja, baik secara vokasional maupun profesional.
Ibu satu anak ini telah lulus berjuang menghadapi banyak penolakan dan berhasil mandiri. Angkie pun memiliki keinginan para penyandang disabilitas, sama seperti dirinya mampu berdaya sehingga menghasilkan karya. Dengan berkarya diharapkan mereka mampu meningkatkan derajatnya secara ekonomi.
Angkie bersama tim disabilitas. Foto : Anggi Mayasari/Wolipop
Berdasarkan UUD No 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas setiap perusahaan wajib memperkerjakan paling sedikit dua persen difabel dari jumlah pegawai untuk perusahaan pemerintah, dan satu persen untuk perusahaan swasta. Kini Angkie dan Thisable Enterprise terus mengupayakan penyandang disabilitas dapat bekerja sesuai porsi kemampuan mereka masing-masing secara tepat.
Perusahaan ini tidak banyak memahami UUD No. 8 sehingga terkesan tidak aware terhadap disabilitas sehingga sulit untuk bisa diterima bekerja hanya karena fisik tersebut.
"Kita bikin program dari mulai pelatihan yang sifatnya memang lebih bisa bekerja secara langsung. Kebanyakan mereka ini mandiri dan sudah memiliki sertifikat misalnya tunarungu untuk massage. Mereka punya skill tapi harus didorong untuk maju. Penerimaan profesional misalkan perbankan butuh call center, ini bisa tunanetra karena mereka bisa lebih fokus," imbuh Angkie seperti yang dikutip dari wolipop
Ini perjuangan yang patut diapresiasi karena telah mengangkat derajat para disabilitas untuk mendapatkan kesetaraan dalam bekerja dan berkarya secara mandiri tanpa memandang rendah akan fisik dan keterampilan.
Sepatutnya perusahaan untuk lebih aware terhadap disabilitas karena mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang normal kebanyakan seperti anugerah, bakat, perjuangan yang lebih besar.

Sumber:
wolipop.detik.com

No comments:

Post a Comment