13 January 2015

Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Normal?

Memilih sekolah yang terbaik untuk putra - putri anda yang menyandang tuna rungu atau cacat itu gampang-gampang susah. Banyak yang bingung apakah mau memilih sekolah luar biasa atau sekolah normal?
Saya menerima email dari sahabat saya yang memiliki putra-putri yang tuna rungu untuk membantu memilih sekolah. Mereka kadang bingung apakah sebaiknya masuk ke sekolah luar biasa (SLB) atau masuk sekolah normal seperti anak lainnya. Orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak mereka guna masa depan yang lebih baik dan bisa mandiri.

Well, saya merasa mengerti bahwa inilah sebuah dilematika dalam pemilihan sekolah untuk penyandang tuna rungu atau para difabel lainnya. Yang perlu diingat bahwa tiap sekolah memiliki kebijakan masing-masing diluar aturan resmi pemerintah. Selain terdapat adanya perbedaan budaya dan komunikasi antara anak normal dan anak difabel.
Salah satu hal yang perlu dipikirkan adalah mentalitas anak selain jenis dan biaya sekolah. Kenapa saya mengatakan demikian? Anak difabel cenderung mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari sesama anak sekolah lainnya. Sering mendapat ejekan/olokan baik verbal maupun non verbal dengan kata lain bullying yang kerap terjadi yang berujung pada mental anak menjadi down atau minder.
Tidak ada yang sempurna dari kedua sekolah dan mereka memiliki kelebihan dan kekurangan dari tiap sekolah.

Sekolah Normal
Sekolah yang biasa dan normal dan banyak dihadiri anak normal lainnya. Baik sekolah negeri maupun sekolah swasta dengan sistem pendidikan yang berbeda-beda dan memiliki kegiatan penunjang lainnya seperti kegiatan ekstrakurikuler sampai pendidikan intensif.
Sekolah negeri yang banyak dibiayai pemerintah tentunya memiliki fasilitas yang cukup. Tidak banyak anak difabel yang bersekolah di sekolah negeri karena tidak adanya fasilitas untuk menunjang belajar bagi anak difabel seperti bahasa isyarat bagi tuna rungu, buku braille bagi tuna netra dan jalan khusus bagi tuna daksa.
Bagi anak yang menyandangn gangguan pendengaran kategori ringan hingga berat dan menggunakan alat bantu dengar (ABD) tentu bisa menghadiri sekolah normal dengan pemberitahuan khusus dari orang tua kepada guru/pengawas sekolah dan kepala sekolah untuk diberikan pendidikan yang layak. Menghadiri sekolah normal tentu membutuhkan perjuangan yang luar biasa dibanding anak normal yakni mentalitas kuat menghadapi berbagai perlakuan yang tidak menyenangkan atau bullying serta kesulitan belajar yang ada.
Salutlah pada Angkie Yudistia yang bersekolah normal hingga mampu menyelesaikan pendidikan S2 yang normal juga dan mampu mendirikan sebuah yayasan nirlaba yang membantu sesama penyandang difabel.
Kekurangan dari sekolah normal bagi anak difabel adalah tidak semua sekolah mau menerima anak difabel dengan alasan tidak ada fasilitas. Seringkali mendapat perlakuan yang berbeda dengan anak lainnya.

Sekolah Luar Biasa (SLB)
Bagaimana dengan sekolah luar biasa? Sebenarnya sama saja dalam hal pendidikan. Yang membedakan adalah fasilitas penunjang belajar yang sesuai dengan jenis difabel. SLB menerima segala jenis difabel dan memberikan pendidikan yang tepat dan efektif dibanding dengan sekolah normal atau sekolah negeri. Tentunya ditunjang pula oleh para pendidik atau guru yang memiliki kemampuan khusus dalam mendidik anak difabel dengan kesabaran dan keuletan yang luar biasa pula.
Selain itu tidak adanya perlakuan yang tidak menyenangkan ataupun segala macam bullying karena mereka yang hadir semua adalah anak difabel dengan segala jenis keterbatasan dan orang tua pun saling memahami sehingga mereka pun mudah berbaur dengan para orang tua lainnya dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang anak difabel.
Kekurangan dari sekolah luar biasa adalah lokasi sekolah yang cenderung jauh dan jumlah sekolah yang sedikit dari tiap kota sehingga ada kota yang tidak memiliki sekolah luar biasa sama sekali. SLB cenderung dianggap sebelah mata karena hanya berisikan anak cacat yang tidak memiliki masa depan dan minim perhatian pemerintah. Jarang SLB memberikan informasi yang tepat dan memadai sehingga para orang tua yang tidak tahu apa-apa tentang sekolah luar biasa dan memasukan anak difabel ke sekolah normal. Ini yang patut disayangkan.
Kita berharap bahwa Mita Harahap memiliki impian untuk membangun universitas yang menampung para penyandang tuna rungu dan penyandang disabilitas lainnya untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang layak.

Well,,, Well...

Masih adalah lain yang tidak bisa saya sebutkan karena masih ada hal yang lebih positif ketimbang memberikan opini negatif tentang sekolah tersebut. Bagi saya tiap sekolah memberikan apa yang terbaik bagi anak didik mereka meski dia adalah anak difabel.
Hanya para orang tua anak difabel yang lebih memahami kebutuhan akan sekolah bagi anak difabel dan tentunya memiliki kontrol yang lebih. Orang tua yang menentukan jenis sekolah yang tepat dan sesuai dengan kemampuan mereka.
Saya harap para orang tua untuk tidak khawatir dalam memilih sekolah yang baik dan lebih baik himpun segala informasi tentang sekolah di sekitar anda dan memikirkan dengan matang akan keputusan tersebut. Saya yakin orang tua tidak akan sembarangan memilih sekolah jika tidak sesuai.

Apakah anda memiliki pengalaman tentang sekolah baik sekolah normal maupun sekolah luar biasa? Marilah berbagi pengalaman tentang sekolah yang menerima anak difabel dan pendidikannya. Lebih baik berbagi demi masa depan generasi berikutnya.

Semoga berguna dan semoga sukses dalam pendidikan anda.

1 comment:

  1. Anonymous9/2/18 13:38

    This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete