27 January 2015

Angkie Yudistia Mampu Berprestasi Hanya Dengan Membaca Gerak Bibir

Tidak bisa dipungkiri bahwa menganggap remeh gerakan bibir (lip movements) pada saat berkomunikasi yang justru memiliki peran penting dan banyak pengaruhnya. Salah satunya bagaimana menyerap informasi dari lawan bicara bagi yang menyandang tuna rungu dan penderita gangguan pendengaran.
Coba bayangkan bila anda tuna rungu dan hanya mengandalkan alat bantu dengar saja tanpa membaca gerakan bibir, apakah itu bisa memahami percakapan?
Saya sudah banyak pengalaman menggunakan alat bantu dengar, meski menggunakan abd, belum tentu bisa memahami karena ada sebagian percakapan yang tidak masuk alias kurang jelas, jadi saya mengandalkan gerakan bibir disaat menggunakan abd sangat membantu berkomunikasi karena kedua hal itu tidak terpisahkan dalam hidup saya.
Jadi, bila mana abd sedang mengalami kerusakan, gerakan bibir menggantikan peran abd dalam berkomunikasi, setidaknya bisa kurangi hambatan tersebut. Saya tidak menganggap remeh gerakan bibir dan sangat membantu saya berkomunikasi.
Saya salut pada Angkie Yudistia yang pintar dalam berkomunikasi. Dia memahami percakapan orang dengan membaca gerak bibirnya. Hal itulah yang berlangsung saat sesi wawancara dengan Koran Jakarta. Penulis buku Invaluable Experience to Pursue Dream: Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas ini mengaku hanya mendengar sedikit suara.
Dia hanya bisa mendengarkan suara instrumen musik tanpa mengenal suara penyanyinya. Hanya mampu mendengarkan suara orang ketawa tanpa mendengar inti percakapannya. Alat bantu dengar di telinga Angkie terbilang kurang banyak membantu. Alat itu hanya menaikkan volume, namun tidak membantu mendengarkan suara ataupun percakapan.
“Kalau saya menoleh ke belakang, Anda ngomong apa saya nggak tahu. Jadi kalau tidak melihat gerakan bibir tidak tahu,” ujar penyuka aktivitas travelling itu.
Angkie mengungkapkan bahwa dirinya sekarang ini hanya bisa mendengar suara dengan tingkat kekerasan 100 desibel untuk telinga kiri dan 78 desibel untuk telinga kanan. Normalnya orang normal mendengar pada 40 desibel ke bawah. Jadi, alat bantu yang semakin dikeraskan hanya akan membuat telinga menjadi sakit. Kehilangan pendengarannya terjadi pada saat dia berusia 10 tahun.
Well, apa yang dikatakan Angkie memang benar adanya, abd hanya membantu menaikkan suara/volume agar bisa didengar dan belum sepenuhnya membantu, gerakan bibir saling melengkapi abd sehingga lebih banyak membantu ketimbang satu saja. abd tidak ada yang sempurna menggantikan telinga manusia yang begitu kompleks.

No comments:

Post a Comment