Artikel yang aku tulis adalah tentang kisah hidup seorang wanita yang menyandang tuna rungu dan tuna netra sekaligus dalam hidupnya bernama Helen Kehler. Saya sendiri merasa ga kebayang harus hidup dengan dua disabilitas dalam hidupnya. Jika Anda orang yang normal tentunya akan merasakan penderitaannya. Aku yakin anda merasakannya.
Jika Angkie Yudistia mengalami masa sulit sebagai penyandang tuna rungu, sesungguhnya Helen Kehler lebih banyak mengalami masa yang lebih sulit lagi sebagai penyandang tuna rungu dan tuna netra sekaligus dalam hidupnya. Betapa beratnya hidup beliau. Yuk kita lihat kisah singkat beliau.
Helen Kehler Portrait |
Pendidikan Komunikasi
Sebuah kisah berawal dimana Anne Sullivan datang ke rumah Kehler pada Maret 1887 dan memulai mengajar Helen untuk berkomunikasi dengan mengeja kata-kata di tangannya, dimulai dengan kata "d-o-l-l" untuk boneka yang dibawa Anne sebagai hadiahnya. Kehler merasa frustrasi, pada awalnya karena beliau tidak memahami setiap objek memiliki kata unik yang mengidentifikasikannya. Faktanya, ketika Sullivan mencoba mengajari Kehler kata "mug", beliau menjadi frustrasi dan merusakkan bonekanya. Sebuah terobosan besar dalam komunikasi Kehler datang pada bulan berikutnya, ketika ia menyadari bahwa gerakan gurunya sedang membuat di telapak tangannya, sementara air dingin di atas tangannya yang lain, melambangkan ide "air", dia kemudian hampir kelelahan Sullivan menuntut nama-nama dari semua benda asing lain nya dunia.
Bulan Mei, 1888, beliau menghadiri Institut Perkins untuk tuna netra. Pada tahun 1894, beliau dan Anne Sullivan pindah ke New York untuk menghadiri Sekolah Wright-Humason untuk tuna rungu, dan belajar dari Sarah Fuller di Horace Mann Sekolah untuk tuna rungu. Pada tahun 1896, mereka kembali ke Massachusetts dan Kehler masuk Sekolah Cambridge untuk wanita muda sebelum memperoleh pengakuan, pada 1900, ke Radcliffe College, di mana ia tinggal di Briggs Hall, Gedung Selatan.Pengagumnya, Mark Twain, yang memperkenalkannya kepada raja minyak standar Henry Huttleston Rogers, yang, bersama istrinya Abbie, dibayar untuk pendidikannya. Pada tahun 1904, pada usia 24, beliau lulus dari Radcliffe, menjadi orang tuna netra dan tuna rungu pertama yang mendapatkan gelar Bachelor of Arts. Dia mempertahankan korespondensi dengan filsuf Austria dan pedagog Wilhelm Yerusalem, yang merupakan salah satu yang pertama untuk menemukan bakat sastranya.
Menyukai Anjing Akita
Ketika beliau mengunjungi prefektur Akita di Jepang pada bulan Juli 1937, ia bertanya tentang Hachiko, anjing Akita terkenal yang telah meninggal pada 1935. Dia mengatakan orang Jepang bahwa ia ingin memiliki anjing Akita, satu diberikan padanya dalam waktu satu bulan, dengan nama Kamikaze-go. Ketika ia meninggal karena penyakit canine distemper, kakaknya, Kenzan-go, diberikan kepadanya sebagai hadiah resmi dari pemerintah Jepang pada bulan Juli 1938. Beliau dipuji dengan memiliki Akita dan diperkenalkan ke Amerika Serikat melalui.
Salah satu kata-kata bijak beliau tentang hewan peliharaan adalah "Jika pernah ada malaikat di bulu, itu Kamikaze. Aku tahu aku tidak akan pernah merasa cukup kelembutan yang sama untuk setiap hewan peliharaan lainnya. Anjing Akita memiliki semua kualitas yang menarik bagi saya - ia begitu lembut, kebersamaan dan terpercaya".
Pesan Bijak
Beliau menyampaikan sebuah pesan bijak untuk semua umat manusia untuk menghargai diri sendiri terlebih dahulu sebelum menghargai orang lain. Salah satu pesan bijak yang pernah diucapkan beliau adalah : "It would be a blessing if each person could be blind and deaf for a few days during his grown-up live. It would make them see and appreciate their ability to experience the joy of sound". Artinya "Ini akan menjadi sebuah berkah bagi setiap orang untuk mengalami buta dan tuli beberapa hari selama hidup dewasanya. Ini akan membuat mereka melihat dan menghargai kemampuan mereka untuk mengalami indahnya suara".
Pesan yang disampaikan adalah untuk mencoba bagaimana rasanya tuna rungu dan tuna netra. Dengan membayangkan diri menjadi seorang tuna netra dan tuna rungu selama beberapa hari saja. Menutup mata dan telinga selama beberapa hari, kita tidak akan bisa melihat dan mendengar sama sekali. Gelap dan sunyi sekali seolah-olah berada di dunia lain tanpa cahaya dan suara. Selama beberapa hari itu kita tidak akan bisa melihat acara kesayangan dan mendengarkan suara indah melodi musik. Kalau tidak tahan beberapa hari, kurangi menjadi beberapa jam saja. Anda akan merasakannya.
Inilah mengapa beliau selalu berpesan kepada kita untuk segera menghargai apa yang kita miliki dan bersyukur terhadap anugerah yang diberikan oleh Tuhan kita. Dengan menghargai tersebut kita semakin memahami diri sendiri dibanding orang lain.
Ternyata ada pesan tidak kalah menggugah adalah "Orang- orang harus tahu bahwa orang buta bukanlah orang yang idiot ataupun jenius, mereka sebenarnya memiliki pikiran dan tangan-tangan yang dapat dilatih, mereka mempunyai semangat besar untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan dan tugas orang-orang yang sempurna secara fisiklah yang dapat menolong mereka menjadikan yang terbaik sehingga mereka dapat menemukan cahaya."
Sungguh luar biasa semangat beliau untuk mewujudkan hidupnya. Kita mesti memahami dan menyadari kisah tersebut untuk terus tetap semangat dengan kondisi apa pun yang kita miliki agar tidak jatuh ke dalam lubang kesengsaraan. Lihatlah sekeliling kalian, ada orang yang sukses baik dengan kondisi normal maupun disabilitas. Hargailah dirimu sendiri wahai saudaraku.
Pesan universal : "Tidak ada manusia yang sempurna"
Di saring dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment