12 April 2012

Sejarah Yayasan Tuna Rungu Sehjira

Yayasan Sehjira (Sehat Jiwa Raga) memiliki kisah tersendiri bagaimana yayasan ini berdiri. Latar belakang pendirian yayasan non profit atau swadaya adalah bahwa masih ada puluhan juta penyandang cacat yang hidup dalam keterpurukan, kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan dan mereka juga terdiskriminasi dalam berbagai kehidupan yang lain. Didorong pengalamannya yang susah menjadi karyawan tetap, Mita terjun dalam berbagai kegiatan sosial khususnya bagi penyandang cacat (penca). Kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1991. Belakangan, 5 Desember 2001 Mita mendirikan dan kemudian menjadi ketua Yayasan Sehat Jiwa dan Raga atau disingkat SEHJIRA.

Modal awal saat itu atas pemberian dari orang tua Mita sebesar Rp 5 juta dan digunakan untuk membeli komputer dan pembuatan akte notaris. Tempat kegiatan masih di tempat tinggal orang tua. Setelah Mita bekerja di Universitas Mercubuana, penghasilannya digunakan untuk membiayai kegiatan yayasan. Selain itu, dia juga pernah menjadi peserta Superdeal (ANTV) dan mendapat hadiah Rp 8 juta dan uang tersebut digunakan untuk mengontrak rumah untuk kegiatan yayasan. Yayasan ini juga didukung oleh PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia), sekolah SLB di Jakarta yang memberikan pelatihan kemandirian penca, Al-azhar peduli umat dalam bantuan fasilitas komputer.
Pada awalnya (2001) baru 20 orang penca, sampai saat ini sudah ada 223 penca yang seluruhnya berasal dari wilayah Jabodetabek yang sudah ikut dalam program SEHJIRA. Hasil yang mereka raih, diantaranya 10 orang dari mereka sudah bisa menjahit. Dari keterampilan menjahit, mereka sudah membuka usaha sendiri di rumah dan juga sudah bekerja di perusahaan garmen. Salah satu dari mereka meraih prestasi menjadi juara pertama lomba membuat jas tingkat nasional. Selain keahlian menjahit, 8 penca lainnya sudah bekerja di bagian marketing, auditing, keuangan, administrasi dan juga sebagai supir. Keahlian lain sekitar 13 orang sudah bisa komputer, 7 orang sudah bisa bahasa isyarat dan 13 orang sudah diterima di sekolah SMP umum.
Harapan Mita ingin mendirikan sekolah dari mulai tingkat TK sampai universitas untuk tunarungu. Keinginan ini tiada lain karena ingin mewujudkan kesamaan dan kesempatan bagi penca agar dapat mengisi segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Angkie Yudistia juga turut berpartisipasi dalam mengembangkan Yayasan SEHJIRA menuju Yayasan yang mandiri dan memberikan bantuan kepada penyandang tuna rungu juga penyandang cacat lainnya. Peran Angkie saat ini sebagai dewan pengawas dalam yayasan tersebut.

Kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan Yayasan SEHJIRA adalah sebagai berikut:
  1. Menggalang pengadaan dana
  2. Menyediakan informasi tentang pendidikan dan lapangan kerja
  3. Memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu
  4. Pelatihan kemandirian remaja tuna rungu untuk dapat mengaktualisasikan diri dengan cara yang positif
  5. Penyaluran tenaga kerja tuna rungu yang belum bekerja
  6. Melatih keterampilan menjahit dan membuat kue bagi remaja tuna rungu
  7. Menerima pekerjaan menjahit dari perusahaan konveksi yang dikerjakan oleh anggota tuna rungu
  8. Pengenalan bahasa isyarat (American Sign Language), mengaji dan kursus komputer
Saat ini Yayasan SEHJIRA terus melakukan pengembangan kelembangaan menuju lembaga yang mandiri dan memberikan banyak bantuan tidak hanya untuk penyandang tuna rungu tetapi juga penyandang cacat. Karena memiliki kesamaan dalam memberikan bantuan guna meningkatkan kesejahteraan hidup seorang penyandang cacat.

Sumber:
Yayasan SEHJIRA
Blog SEHJIRA

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Trims banyak atasnya saya sedot ini buat riset :)

    ReplyDelete